Belajar dari Tulisan-Tulisan Dahlan Iskan
Juara satu kali mungkin masih dibilang sebuah
kebetulan. Namun, ketika empat kali berturut-turut menjadi juara, tentunya
bukan sebuah kebetulan. Itulah prestasi SMAK Kolese Santo Yusuf dalam journalist
competition DBL
East Java Series-South Region.
Irham
Thoriq
Senin
(25/4) di teras sekolah SMAK Kolese Santo Yusuf (Kosayu), wajah ceria masih
menyelimuti Bella Widyanto dan Leonardo Rio. Maklum, berkat keduanya, Kosayu
dianugerahi juara umum kompetisi jurnalis (journalist
competition) DBL (Deteksi Basketball League) 2012 yang diumumkan Sabtu (23/6) lalu di MPM Kota Malang.
Predikat
yang dipersembahkan keduanya itu membawa Kosayu empat tahun berturut-turut
juara umum sejak 2009. Juara umum 2012 semakin lengkap karena tim putra Kosayu
merebut juara DBL East Java Series-South Region.
Awalnya,
Bella dan Rio tidak berniat ikut kompetisi jurnalis DBL. Keduanya ikut setelah
diajak temannya yang memperkuat tim basket Kosayu. ”Mereka ngajak kami. Alasan mereka, masak
basket ikut tapi lomba jurnalisnya tidak ikut,” kata Rio.
Rio
terpilih sebagai best photographer melalui foto berjudul Adu
Kekuatan. Dalam foto itu, Rio memotret Choki Sitohang sebagai pembawa acara
tersebut yang sedang menarik tali melawan tiga orang lainnya. Foto tersebut Rio
dapatkan di final East Java Series di DBL Arena Surabaya.
Rio
punya cerita tersendiri ketika hendak mengambil gambar tersebut. Dia berangkat
ke Surabaya dengan mengendarai sepeda motor. Apes, motor Rio tiba-tiba mogok
ketika baru masuk Surabaya. Setelah dicek, ternyata bensinnya habis. ”Ketika
itu, saya bawa uang pas. Untung teman mau meminjamkan uangnya,” ungkap siswa
kelahiran 17 Desember 1994 itu.
Keduanya
bersemangat mengikuti kompetisi jurnalis tersebut salah satu motivasinya karena
ingin mempertahankan predikat Kosayu yang tiga tahun berturut-turut juara umum.
”Menjadi juara bertahan sama sekali bukan beban. Justru menjadi motivasi untuk
menunjukkan kepada kakak kelas bahwa kami bisa juara seperti mereka,” imbuh
Bella.
Untuk
meraih hasil maksimal, mereka tidak malu belajar kepada kakak kelas mereka yang
juara tahun lalu. Rio belajar kepada Imanuel Leonardo Pandelaki yang tak lain best photographer
tahun lalu. ”Saya sering lihat-lihat foto dia yang juara tahun lalu,” imbuhnya.
Bella
yang menjadi writer mengumpulkan dua tulisan. Masing-masing berjudul Fantastic
Game dan Percaya Keber”untung”an. Tulisan pertama menceritakan
kronologi DBL dari awal sampai akhir. Intinya, setiap pertandingan kerap berakhir
seru karena semua tim kejar-mengejar poin.
Sedangkan
tulisan kedua merupakan profil pemain SMA Kosayu bernama Untung Prasetyo. Untung
dipilih karena pemain yang berposisi forward
tersebut merupakan pencetak angka terakhir yang membuat Kosayu menang dengan
skor tipis 60-59 ketika menundukkan SMAN 1 Blitar di final south region. Ketika diwawancarai, Untung mengatakan kemenangan
tersebut karena dia percaya keberuntungan. Jadilah Bella memilih judul Percaya
Keber”untung”an. ”Judul itu kami nilai menarik karena Untung juga
penyelamat tim kami,” ucap cewek kelahiran Malang 19 Februari 1995 tersebut.
Bella
belajar dari koran untuk menulis berita maupun memperbaiki tulisannya. Salah
satunya sering membaca berita DBL di Jawa
Pos. ”Dulunya saya jarang baca koran. Karena ikut lomba ini, saya sering
baca, terutama yang berkaitan dengan DBL,” tuturnya.
Selain
membaca koran, Bella juga rajin membaca buku yang ditulis Dahlan Iskan. Mantan
CEO Jawa Pos yang kini menjadi menteri
BUMN itu merupakan idola Bella dalam hal penulisan. Bagi Bella, tulisan Dahlan
Iskan mudah dipahami oleh semua orang. ”Kebetulan ayah saya suka buku dia
(Dahlan Iskan). Saya coba-coba baca yang judulnya Ganti Hati. Ternyata bagus. Tulisannya mengalir.
Saya banyak belajar dari buku itu,” ungkapnya.
Bella
mengaku sangat senang mengikuti kompetisi jurnalis DBL karena mengajarinya
menjadi wartawan profesional. ”Pengalaman luar biasa. Baru saya menyadari bahwa
kerja wartawan itu mengasyikkan. Apalagi karya kami membuat Kosayu juara,” kata
anak pertama dari tiga bersaudara itu.
Pembina
jurnalistik Kosayu Lidia Dela Sulistyowati mengatakan, banyak hal yang dilakukan
sekolahnya untuk menciptakan siswa berprestasi dalam kompetisi jurnalis. Bahkan,
dirinya rela berkali-kali melayani konsultasi Rio dan Bella. ”Mereka mempunyai
kemauan tinggi untuk jadi juara. Mereka banyak konsultasi dengan saya, apalagi
sebelum pengumpulan tulisan,” ucap guru bahasa Indonesia itu.
Menurut
Lidia, banyak program yang bisa meningkatkan kemampuan jurnalistik siswa
Kosayu. Setiap tahun sekolah tersebut selalu mengadakan workshop jurnalistik yang kebanyakan diisi wartawan Radar Malang. Para siswa tidak hanya belajar teknik menulis,
tapi juga motivasi untuk selalu menulis. ”Pelatihan itu sangat penting untuk
menciptakan iklim menulis,” ucap perempuan kelahiran Jogjakarta 27 Maret 1978
tersebut.
Banyak
siswa Kosayu yang tertarik mendalami jurnalistik, baik menulis maupun
fotografi. Ditambah program pelatihan yang intens, tak heran jika siswa Kosayu
empat kali beruntun juara journalist
competition DBL East Java Series-South Region. ”Predikat juara itu selalu memotivasi kami
agar berusaha mempertahankannya,” ujar Lidia.
Untuk
menambah iklim menulis, Kosayu juga rajin mengikuti lomba majalah dinding
(mading) yang diadakan Deteksi Jawa Pos setiap tahun. Sekitar 20 siswa
terlibat langsung dalam lomba mading setiap tahun. Bahkan, kosayu juga menjadi juara
satu mading pada 2009. ”Mading Deteksi
itu cocok sekali karena bukan hanya tulisan yang dimuat, tetapi juga bagaimana kreativitas
anak muda diasah,” tutur alumnus Universitas Sanata Dharma Jogjakarta itu. (yn)
Komentar